MATHEMATICS ANXIETY
Halo, selamat Siang dong ! ini
adalah postingan pertama di blog random ini. Ini bukan blog pertama saya,
dulunya saya punya blog tapi isinya sampah semua. Dan sekarang? Saya bikin blog
yang lebih sampah lagi.
Oke, di postingan pertama ini saya mau cerita tentang
sebuah penyakit yang sering diderita oleh banyak anak sekolahan. Yes nama penyakitnya keren banget, Mathematics Anxiety. Matematics Anxiety adalah sebuah penyakit yang
membuat penderitanya merasa takut dan benci terhadap penyakit
matematika dan saya adalah salahsatu penderitanya.
Ada yang tau gak sih kenapa
matematika itu menyebalkan dan satu-satunya pelajaran yang menjadi suspect
utama kebanyakan anak gak naik kelas dan males pergi sekolah gara-gara pelajaran yang satu ini?
Menakutkan ya? Tapi tapi tapi..kalo ngomongin masalah matematika itu kayak
tusuk gigi, menakutkan. Pokoknya saya phobia akut sama pelajaran yang satu ini. Saya kadang
curiga, saya ditakdirkan memang untuk
memusuhi pelajaran yang menjadi kunci dari terciptanya hal-hal
canggih di bumi ini.
Dari zaman SD, saya sudah benci
sekali sama pelajaran Matematika. Nilai tertinggi di rapor SD kayaknya 75 deh
kalo gak salah inget. Itupun hasil nyontek dari teman sebangku yang isi otaknya
kemungkinan besar dari abad doraemon. Asal sebut angka, berapa tambah berapa
kali kali kali bagi tambah bagi kali apa, dia bisa ngejawab. Yah, pokoknya
nilai matematika dari zaman SD-SMA itu palsu. Semua hasil contekan dari teman sebangku
dan tetangga bangku. Oke kawan-kawan, ini saatnya bilang terima kasih untuk ke
sekian ribu kalinya, buat Destin, Wiwin, dan Ria kalian mahadewi *sembah*
Terlalu banyak
kecurigaan-kecurigaan yang ada di otak ini. saya curiga, pelajaran matematika ini
sengaja diciptakan supaya saya gak naik kelas. Tapi sorry ya Mat, saya lebih
cerdik dan lebih memilih nyontek daripada harus gak naik kelas gara-gara dirimu *ketawa setan*. Tapi saya juga curiga kalau otak saya ini sengaja di setting untuk
menolak segala macam yang berbau, berbentuk angka atau hitungan, termasuk
menghitung berapa luas dan tinggi
cintamu padaku #halaaahhh
Tapi tapi tapi, saya yakin,
bukan hanya saya yang merasakan kebencian yang teramat dalam dengan pelajaran
matematika. Pasti banyak banget anak-anak di muka bumi ini yang merasakan hal
serupa, terbukti kedua adek saya juga phobia terhadap matematika . Oh dasar ya,
keturunan. Siapa kira-kira biangnya? Gak usah dijawab!
Saking bencinya sama pelajaran
matematika, saya pernah berpikir untuk mencari sekolah yang gak ada pelajaran
matematika-nya. Buat apa? Demi kenyamanan hidup perisekolahan pastinya. Tau gak
kenapa akhirnya saya kuliah di jurusan Komunikasi? Karena saya gak mau belajar
matematika. Tapi saya salah, ternyata mau anak sekolah, mau anak kuliahan pasti
belajar itung-itungan, kalo di kampus biasanya belajar statistik gitu deh.
Sulit? Banget ! entah sampai kapan saya akan bodoh dan bebel matematika seperti
ini? Sampai kapan saya akan berhenti mencontek di pelajaran matematika? Sampai
kapan matematika ada di bumi yang indah ini? Mama dedeh…jawab! Apa perlu saya
jadi presiden atau mentri pendidikan dulu agar pelajaran matematika bisa
dihapuskan? Tapi kalau benar iya, maka akan banyak orang yang bersorak gembira
akan kemerdekaan hidup tanpa matematika. Indeed !
Tapi ya saya juga kadang mikir
ke hal-hal yang sangat jauh kedepan. Bagaimana dengan nasib anak saya kelak?
Kalau ada PR matematika apa saya harus pura-pura pinsan? Atau pura-pura jadi
ekstrak kulit manggis? Entahlah…semoga suamiku nanti adalah orang yang expert
di pelajaran matematika, demi kemaslahatan nilai di rapor anakmu, mas ! oke,
baik, lucu dan pinter matematika masuk kualifikasi untuk jadi calon suami.
Jadi, kalo anak nanya PR matematika, bilang aja “Tunggu bapake pulang dulu
ya, nak!” ini semua dilakukan demi mencegah kegeblekan matematika di masa depan.
Manfaatkanlah pasanganmu, manfaatkan ! bukankah “Mencegah lebih baik daripada
mengobati” ya gak sihhhhh..haha
Sebagai orang yang rapuh di
bidang matematika, saya sebenernya memiliki keinginan yang sangat kuat untuk
menambal lubang kelemahan pada diri saya dan berusaha untuk gak nyontek lagi di
pelajaran matematika. Mulai dari belajar siang malam, belajar sama temen-temen.
Tapi ya begitulah, kalau habis dijelaskan, ngerti banget. Seakan-akan saya
adalah orang paling pandai matematika di planet ini. Tapi ya gitulah, Cuma
seakan-akan. Padahal mah aslinya, abis dijelasin ngerti, paham, pinter tapi
sejam setelah itu, musnah sudah. Hilang ingatan. Rumus yang awalnya seolah-olah
merasuk ke dalam otak. Musnah….musnah dibawa cabe-cabean.
Bener, Allah itu maha adil. Saya
terlahir dengan otak pas-pasan di bidang matematika, selalu nyontek kalau lagi
ada PR matematika, tapi nggak buat pelajaran lain. Kalau pelajaran lain, justru
teman-teman saya yang nyontek sama saya. Gitu deh, setiap orang punya
kekurangan dan kelebihan. Kita hidup di muka bumi ini untuk saling melengkapi.
Orang hidup dengan paket lengkap itu gak ada, kecuali McD.
Tulisan ini nggak mutu banget
sih emang, tapi yaudahlah ya. Namanya juga usaha. Hahaha eh ini gak ada yang mau bikin komunitas Mathematics Anxiety gitu? lumayan kan bikin komunitas dimana anggotanya gak bisa ngitung. lumayan juga kalo ditanya anggotanya ada berapa, ngitungnya pake kalkulator dulu. Salam kemerdekaan Indonesia !
Komentar
Posting Komentar