NGOMONGIN TEKNOLOGI ABAD KE 21 DAN SISI AGAK PINTAR DARI DIRI SENDIRI :D

Tulisan kedua untuk malam ini. Gak tau kenapa semangat menulis hari ini semakin menggila. Padahal gak habis ngapa-ngapain, cuman makan seblak 5 porsi dan makan bakwan jagung 7 biji. Bingung deh apa yang salah. Apa gara-gara seblak itu apa gimana nih? Kalau gara-gara seblak, boleh banget besok bikin lagi, ditambahin porsinya biar bisa nulis 3-4 tulisan sehari. Sepertinya asik.

Oiya malam ini saya mau kembali ke belakang, masa dimana keimanan dan imajinasi diuji dengan dahsyat, sehingga dulu saya sungguh sangat sering nongkrong di WC untuk mencari inspirasi. Saya akan cerita salahsatu inspirasi absurd yang muncul di tengah kegiatan perbokeran. Terdengar menjijikkan tapi beginilah adanya. Hahaha

Sekitar dua tahun lalu, saya iseng mengikuti kursus singkat Public Speaking (PS) selama dua minggu di sebuah lembaga kursus di pulau Jawa. Disitu juga saya menemukan teman-teman yang sampai saat ini masih sangat sering berkomunikasi, meskipun hanya lewat media sosial. Disini pula saya bertemu dengan Fikri, manusia absurd dari Banyuwangi yang setiap presentasinya selalu membuat semua orang tertawa dengan aksen Inggris medok jawanya, disini saya juga bertemu Gi, salah satu pria agak sedikit lumayan tampan nan cerdas dari Ibukota, dan Gi ini adalah salahsatu orang jenius yang saya temukan di dunia ini dan paling sering membobardir saya dengan pertanyaan - pertanyaan cukup menyebalkan dalam presentasi saya. Menyebalkan karena kadang bikin saya bingung ngejawabnya dan pertanyaan dari Gi ini sering berantai. Setelah dijawab dia nanya lagi, dijawab nanya lagi, gitu terus sampai rasa tumis kangkung berubah jadi jus rasa strawberry.

Dulu, saya suka iseng ikut kursus, bukan hanya kursus PS saja, tapi saya juga kursus bahasa Jepang, gilak kan?. Oiya dan di kelas PS ini mengharuskan kami harus membuat presentasi/speech dalam bahasa inggris sesuai tema yang sudah ditentukan oleh si teacher. Hal yang paling membekas di ingatan saya adalah tema "Teknologi di abad ke 21", dan tema inilah yang membuat saya kalang kabut dan berpikir keras, kira-kira apa yang terjadi di abad ke 21. 

Dalam kegelapan selalu ada secercah cahaya, dalam kebingungan pasti ada harapan #ceilah. Inspirasi datang lagi-lagi ketika saya berada di WC untuk menunaikan hajat. Sembari boker, saya menyempatkan diri untuk membalas whatsapp teman saya Adi dan Edi, karena saat itu kami berencana akan mengunjungi Bromo di akhir pekan dan saya mengingatkan teman saya untuk menyiapkan segala property kealay-an, mulai dari kamera, tongsis, hape sampai powerbank. Nah disinilah saya ketemu inspirasinya.

Hal paling merepotkan dan cukup membuat risih mata adalah orang yang kemana-mana membawa hape dan powerbank atau hape lowbatt yang mengharuskan kita membawa charger dan mencari cari colokan di tempat umum. Saya jadi berpikir, sampai kapan manusia akan bertahan dengan cara seperti ini? seharusnya ada inovasi terbaru yang mempermudah kehidupan di kemudian hari. Lalu saya berpikir, andai mengisi daya baterai handphone tidak perlu colokan, dan kabel kabel yang ribet, tapi hanya menggunakan tubuh manusia itu sendiri. 

Setelah mendapatkan inspirasi tersebut sayapun amat sangat semangat dan menulis ide tersebut di note handphone saya dan segera menyudahi hajat perbokeran saya saat itu. Saya kemudian mencari tahu, apakah ada sesuatu di tubuh manusia yang bisa dijadikan sumber listrik. Dan benar saja, fisikawan Thomas Johann Seebeck membenarkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat energi dan partikel listrik. WOW.

Setelah saya mengobrak abrik artikel kelistrikan, bahwa sebenarnya sudah ada teknologi dimana listrik dalam tubuh manusia dimanfaatkan untuk menghantarkan listrik melalui gelang charger yang didukung dengan perangkat bluetooth yang tersambung untuk mengisi daya gadget dengan kekuatan 3 sampai dengan 4 volt yang berasal dari tubuh manusia itu sendiri. Ini adalah hasil pengembangan energi listrik dari perusahaan Papertua.

Namun, karena manusia adalah mahluk yang tidak pernah puas, saya jadi berpikir kalau harus memakai gelang pengisi daya dan harus menggunakan bluetooth sedangkan handphone kita dalam keadaan mati total, mungkin akan terkendala pada situasi tersebut. Sehingga saya berpikir, kenapa tidak dibuat simpel saja, yang harus dibuat canggih adalah handphone-nya, ditanamkan perangkat yang jika bersentuhan dengan telapak tangan, maka dayanya akan otomatis terisi. Jadi, no more kebingungan nyari colokan di tempat umum, atau yang lebih absurd handphone mati karena lupa bawa charger. Oh sigh !

Hal inilah yang saya bayangkan ada pada abad ke 21, bahwa kehidupan akan semakin efekif dan menjadi ringkas. Saya membayangkan bahwa penggunaan listrik untuk gadget akan menurun, sehingga bumi lebih sehat dan biaya listrik dari penggunaan pengisi daya gadget bisa dialihkan ke berbagai hal yang lebih penting.
Saya bisa membayangkan bahwa para traveller yang melanglang buana ke "batas" bumi sekalipun tidak perlu takut hape lowbatt ditengah jalan. Saya bisa membayangkan semua manusia tersenyum ketika menggunakan hape-nya karena tidak ada lagi hape mati ketika sedang asyik-asyiknya memutar video streaming bola, hape mati saat main game di level terakhir. Daaaaan masih banyak hal lain yang di imajinasi saya. Ya, jika ini benar-benar terjadi dunia benar-benar ada pada genggaman.

Merasa mantap dengan ide tersebut, saya mulai menulis presentasi saya dalam bahasa Indonesia yang kemudian saya translate ke bahasa Inggris dengan bantuan kamus. Jangan tanya soal grammar wkwkwk.

Keesokan harinya, tibalah giliran saya untuk presentasi mengenai imajinasi teknologi di abad ke 21. Dibantu white board dan spidol dibelakang saya, saya menjadi amat sangat sok pintar dan sibuk mencoret coret white board tersebut dengan gambar-gambar freak super weird, yang kalau dilihat mirip peta benua antah berantah saking jeleknya. Tapi dari presentasi tersebut banyak teman-teman saya yang bertanya, termasuk Gi dengan pertanyaan menyebalkannya dan yang lebih parah, pertanyaannya diluar perkiraan. 

Dia bertanya mengenai teknis, jenis bahan yang ditanamkan pada handphone, endurance, sampai bertanya kenapa di dalam tubuh manusia ada energi lstrik. Berhubung karena saya tidak melakukan penggalian informasi sampai sedalam itu, maka saya hanya jawab "Gi, i'll kill you". 

Setelah kelas PS selesai, kami memutuskan untuk makan siang bersama dengan beberapa teman sekelas, termasuk Gi, di sebuah warung seperti biasanya, dan perbincangan mengenai energi listrik dalam tubuh manusia ini pun berlanjut. Karena saya tidak memahami, akhirnya kami mencari tahu hal itu bersama sama.

Kerja sistem syaraf dan otak bahkan pertumbuhan tulang terjadi melalui mekanisme kelistrikan. Sinyal-sinyal listrik tubuh merupakan deksriptor terbaik semua fungsi hidup berbagai organ. Itulah sebabnya dunia kedokteran modern tengah fokus pada penelitian tentang pemanfaatan listrik tubuh dalam menangani pasiennya. Pada gambar  di atas tampak bahwa impuls-impuls atau sinyal-sinyal syaraf dalam sistem syaraf manusia dihantarkan dari reseptor sampai kepada efektor, melalui aliran partikel-partikel bermuatan listrik positif yang searah dengan aliran impuls. Semakin banyak ion-ion bermuatan yang dialirkan semakin banyak impuls syaraf yang disalurkan. Akibat dari partikel-partikel bermuatan listrik dalam tubuh manusia menyebakan manusia dapat tersengat listrik atau dialiri oleh arus listrik. sumber klik disini

Saya sangat bersyukur sekali, karena dengan adanya challenge dengan tema tersebut, saya menjadi  tahu mengenai energi listrik dalam tubuh manusia. Dengan adanya pertanyaan membuat kita harus mencari jawabannya. Banyak hal yang kadang, "kita' harus ditabok dulu baru bangun dari tidur, seperti sapi yang di pecut terlbih dahulu baru bisa membajak sawah. Kadang kita harus di challenge terlebih dahulu agar kita bisa berpikir kreatif.







Komentar

  1. Balasan
    1. Gimana? Udah bisa masuk ke dalam golongan 7 manusia absurd yang merasa jenius belum?

      Hapus
    2. Soal "Manusia absurd" belum bisa, sayangnya. Belum bisa disebut manusia. *Ehh *Plakkk!!!

      Hapus
    3. Ya, bisa jadi. mungkin saya temannya dewa 19, dewi - dewi. Sekian

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer