MAU WARISAN APA?

Nah, kan. Nikah aja belum, apalagi punya anak, tapi sudah mikir mau ngasih warisan apa ke anak-cucu. Gak papa, mumpung kepikiran. Gausah ngatur-ngatur apalagi ngelarang, kan ini blog saya #MulaiNgurat wkwkwk .Becandaaaa, gak sih, ini lagi pengen nulis aja. Lanjuuuttt...

Saya memang orangnya suka kadang-kadangan, kadang-kadang pinter, kadang-kadang bahlul gak ketulungan, kadang-kadang bijak, kadang-kadang galau. Manusia mainstreamlah pokoknya. Baru saja saya kepikiran untuk menulis soal warisan. Jangan tanya kenapa, karena ini muncul begitu saja. Kira-kira kalo saya sudah tua bakal ngasih warisan apa ke anak cucu saya?

Saya tidak pernah tau, apakah di masa depan saya akan mampu dari segi finansial untuk mewariskan benda atau rupiah kepada anak cucu saya, kemudian saya berpikir, apa yang kira-kira bisa saya berikan untuk mereka?

Belajar dari orangtua saya yang mendidik tiga anak perempuannya dengan menekankan asas kebahagiaan, "Asal kalian bahagia, yasudah." . Maka saya terinsipirasi untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anak saya di kemudian hari. 

Bicara mengenai finansial,  itu bukan jaminan kebahagian di masa depan. Bicara mengenai finansial, menurut saya itu bukan warisan yang cukup untuk meninggalkan anak cucu kita dalam sebuah kondisi yang membahagiakan. Itu menurut saya.

Saya akan lebih cenderung untuk mewariskan experience yang pernah saya lalui. Saya mengerti bahwa dunia beberapa tahun yang akan datang akan berbeda dengan masa dimana sekarang saya berada. Experience yang akan mereka laluipun akan berbeda. Kenapa gak mewariskan experience aja ke mereka? makanya sekarang saya lagi nabung experience, biar bisa di share ke mereka kapan tau ya kaaaaaannn.

Sekolahkan di sekolah yang dirasa tepat, dukung aktivitas yang mereka mau, ceritakan hal-hal baik tentang alam, ajak bikin "sesuatu", bawa ke tempat-tempat yang akan membekas di memori mereka, izinkan mereka untuk berjalan sendiri, tapi tetap harus dalam pengawasan, dan yang gak kalah penting, beri wejangan yang baik. Karena menurut saya, warisan berupa experience lebih mahal dari nilai tukar rupiah.

Saya bercita-cita bahwa anak saya pengennya sekolah di Green School Bali (Mahal banget sekolah itu ya Allah hahah), karena disana anak-anak diajarkan lebih dekat dengan alam, teman-teman lintas negara dan yang pasti, mereka bisa belajar toleransi sejak dini. Pengennya ngebentuk psikologi anak jadi pribadi yang sehat dan sayang sama mahluk hidup lainnya. Pokoknya, lu pagi sekolah, magrib ngaji di langgar/musholah. kwwkwkk. Biar dunia dan akhiratnya balance cuy.

Cukup ngeri ngeliat beberapa video anak-anak yang sudah bisa mengucap kata-kata kasar dan tidak sopan ketika berbicara pada sesamanya, dan ada beberapa video yang sempat viral, dimana anak-anak sudah bisa bicara soal "bunuh"-bunuhan" dan ngebully ras lain. Itu orangtuanya tau gak ya?

Sejak kecil, saya dan keluarga saya tinggal di lingkungan yang majemuk, dimana banyak suku dan agama yang tinggal di kampung yang sama dengan saya. Saya terbiasa bergaul dengan teman-teman yang berbeda agama dan suku, dari Hindu, Kristen, Jawa, Bugis, Lombok,Pamona dll. Bahkan waktu kecil saya sering di mong (read:momong/asuh) oleh Unan yang notabene orang Hindu Bali. Dan kondisi itu juga yang membuat saya terbiasa dan tidak kaget atau shock culture terhadap kondisi yang ada. Saling menghargai agama dan kepercayaan orang lain. Jiwanya tidak terkotak-kotak. Saya inginnya anak-cucu saya seperti itu.

Orang berhak memberikan sebidang tanah ataupun rumah kepada keturunan mereka, tapi dunia ini bukan melulu soal harta. Saya tidak bilang bahwa harta itu tidak perlu, harta tetap perlu, tapi pikiran kita akan cenderung ke money oriented atau gak? kalau pikiran kita lebih cenderung ke money oriented, itu yang saya rasa kurang baik. Pikiran kita jadi lebih sempit karena berkutat pada duit. Tapi hal itu akan berbeda ketika kita akan berorientasi pada experience. Itu lagi-lagi menurut saya. 

Eh seriusan itu Green School Bali, saya pengen banget gitu anak saya sekolah disitu nanti, saya sampe kepikiran saya pengen kecil kembali dan bisa sekolah disana masaaaaa hahahha. Eh gimana, kalau kalian pengen ngewarisin apa buat anak kalian nanti? Share di komen dipersilahkan....


Komentar

  1. Di(spasi)sana. Hih!


    Green school Bali bahkan video profilenya saya download dong. Full HD.

    Sekolah² di kampung nan yang masih alami sebenarnya bisa juga (tentu lebih sederhana), soalnya fasilitas "alam"-nya sudah tersedia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jaman sekolah dulu, paka acara kebanjiran, pulang sekolah langsung ekskul mancing di parit wkwkwkk. bener sekolah di kampung alamnya dapet. tapi kesian, fasilitas kurang mendukung. sedihnya gitu.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer